Misteri Buah Khuldi Berbagai agama memiliki kisah tentang Adam &
Hawa yang diusir dari surga akibat memakan buah terlarang. Orang-orang
berusaha menafsirkan buah apa yang dimaksud. Sampai kini, ada sekitar 11
macam buah yang diduga merupakan buah terlarang. Dari belasan buah yang
menjadi spekulasi, sebagian kita kenal dengan baik dan sering kita
konsumsi. Buah-buahan tersebut juga dikenal kaya nutrisi. Salah satu
yang sering disebut adalah apel. Lalu buah apa lagi yang dicurigai
sebagai buah terlarang?
Berikut Adalah 5 buah yang dicurigai buah yang dimakan oleh Adam & Hawa:
1. Fig
Nama lain fig adalah ara atau tin. Buah ini adalah salah satu yang
paling sering dikaitkan dengan buah terlarang. Pasalnya, fig banyak
tercantum di kitab dan beberapa kebudayaan. Para seniman juga sering
menggambarkan daun yang menutupi aurat Adam & Hawa sebagai daun fig.
(Fig adalah sumber tanaman yang paling kaya akan kalsium dan serat.
Buah ini juga mengandung banyak antioksidan, flavonoid, dan polyphenol.)
2. Anggur
Konon, Hawa memetik buah anggur dan mengambil sarinya. Perasan anggur
tersebut memiliki efek seperti wine, bisa membuat mabuk dan lupa diri.
Diduga, karena buah inilah pakaian Adam & Hawa terlucuti. (Anggur
adalah buah yang kaya resveratrol. Senyawa ini dianggap mampu mencegah
kanker, penyakit jantung, dan Alzheimer. Selain itu, anggur juga banyak
mengandung vitamin A, C, B kompleks, K, dan karoten.)
3. Tomat
Dalam beberapa bahasa Slavia, tomat disebut 'rajcica' atau 'paradajz',
keduanya juga berarti surga (paradise). Sebelum abad ke-17, tomat
dianggap beracun di beberapa negara Eropa. Makanya, tomat sering
dikait-kaitkan dengan buah terlarang dari surga. (Tomat banyak
mengandung lycopene, vitamin A, dan vitamin C. Selain baik bagi
kesehatan jantung, tomat juga bisa mencegah kanker prostat.)
4. Apel
Dalam Bahasa Latin, setan dan apel punya kata yang mirip, yaitu 'malum'
dan 'malum'. Karenanya, apel sering dikira buah terlarang. Apalagi,
dalam Bahasa Inggris jakun laki-laki disebut 'Adam's apple', karena
konon si buah terlarang tersangkut di tenggorokan Adam saat ditelan.
(Pepatah 'an apple a day keeps the doctor away' menunjukkan kalau buah
ini memiliki banyak khasiat bagi kesehatan. Mulai dari kanker usus,
prostat, paru-paru, hingga kolesterol dan penyakit jantung bisa dicegah
dengan buah yang kaya antioksidan dan serat ini.)
5. Gandum
Meski bukan buah, gandum sering disangkutpautkan dengan buah terlarang
di surga. Bisa jadi anggapan ini muncul karena dalam bahasa Ibrani
gandum adalah 'khitah', mirip dengan 'khet' yang berarti dosa. Selain
itu, konon dulunya gandum setinggi pohon palem dengan biji seukuran
ginjal banteng besar. Karena 'buah' terlarangnya dimakan manusia,
pohonnya dikutuk menjadi kecil seperti sekarang. (Gandum menjadi bahan
dari makanan pokok masyarakat dunia. Ada banyak makanan yang bisa
dihasilkan dari biji-bijian ini, di antaranya roti dan pasta. Karena
kaya karbohidrat, makanan berbahan gandum dapat menjadi sumber energi
untuk beraktivitas.)
Penjelasan Ilmiah :
Mari kita simak informasi Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Thaahaa (20):
121-122: “Maka keduanya memakan dari pohon itu, lalu nampaklah bagi
keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupi dengan daun-daun
surga, Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Tuhan
memilihnya maka Dia menerima taubatnya Dan memberi petunjuk.”
Buah Khuldi dianggap sebagai biang keladi turunya Adam dan Hawa dari
surga. Seandainya, Adam dan Hawa tak makan buah khuldi, niscaya mereka
tidak akan diusir dari surga. Dan kita, semua keturunan adam, masih
tetap tinggal di surga dengan segala kenikmatannya. Sampai kini.
Begitulah keyakinan sebagian besar kita tentang peristiwa di sekitar
turunya Adam dan Hawa dari surga, Setan menggunakan buah khuldi itu
menyesatkan Adam dan Hawa, agar membangkang perintah Allah SWT.
Ada beberapa kontroversi yang muncul diseputar turunya Adam dan Hawa
dari surga itu. Diantaranya, adalah tentang buah khuldi yang ternyata
tidak disebut secara eksplisit oleh Allah. Allah hanya menyebut pohon
tersebut secara sepintas selalu, tanpa menyebut nama. Nama ‘buah khuldi’
justru muncul dari istilah setan ketika merayu Adam dan Hawa untuk
memakannya. Itu pun tidakn secara eksplisit menyebut buah. Mealinkan
menyebut syajaratul khuldi alias ‘pohon keabadian’.
Demikian ulasan Agus Mustofa dalam bukunya: Adam Tak Diusir dari Surga.
Pohon keabadian itulah yang memunculkan istilah buah khuldi. Padahal,
kata ‘buah’ pun secara eksplisit tidak disebut dalam Al-Qur’an. Allah
hanya mengatakan, Adam dan Hawa memakan bagian dari pohon itu. Cuma
karena kebiasaannya yang dimakan adalah buah, maka kebanyakan kita
mempersepsikan sebagai buah khuldi. Di kalangan kawan-kawan yang
beragama Nasrani digambarkan sebagai buah Apel.
Sebenarnya kalau kita cermati substansinya ayat-ayat yang terkait dengan
pohon khuldi, bentuk fisiknya tidaklah menjadi masalah penting. Yang
lebih penting adalah ‘larangan’ Allah untuk mendekati pohon itu.
Terbukti, Allah tidak menyebut nama pohon, kecuali hanya menyinggung
sepintas dengan sebutan ‘pohon ini’ (haadzihis syajarat). Dan bukan
hanya sekali, melainkan beberapa kali. Termasuk setan pun hanya menyebut
dengan ‘pohon ini’.
Munculnya istilah pohon khuldi itu, sekali lagi, karena kita sendiri
yang menamakannya. Berdasarkan ‘rayuan setan’ kepada Adam. Yang menarik,
larangan Allah kepada Adam untuk mendekati pohon itu adalah karena
Allah tidak menginginkan Adam menjadi orang yang zalim.
Jadi, kunci pemahaman atas pohon khuldi itu sebenarnya adalah kata
‘zalim’. Bahwa, jika Adam dan Hawa mendekati atau apalagi memakannya,
mereka bakal menjadi orang yang zalim. Dengan kata lain agar kita bisa
memahami substansi pohon larangan itu, kita harus memahami makna kata
zalim.
Kata zalim di dalam Al-Qur’an diulang-ulang oleh Allah dalam ratusan
ayat. Tak kurang dari 200 ayat, dengan segala variasinya. Makna yang
paling dominan adalah ‘melanggar perintah Allah’, kemudian diikuti
dengan arti yang hamper sama seperti ‘menyekutukan Allah’, mengikuti
yang selain Allah. Berbuat tanpa petunjuk Allah, kemudian diikuti dengan
arti yang hampir sama seperti ‘menyekutukan Allah’, ‘mengikuti yang
selain Allah’. ‘Berbuat tanpa petunjuk Allah’, ‘menentang himbauan
Allah’, ‘mendustakan allah’, dan sebagainya.
Di ayat lain lagi Allah memberikan gambaran bahwa orang-orang zalim itu
adalah mereka yang mengikuti hawa nafsunya tanpa memiliki ilmu
pengetahuan tentangnya. Mereka adalah termasuk orang-orang yang tersesat
dan tidak memperoleh petunjuk dari Allah.
Jadi substansi pohon larangan itu sebenarnya adalah uji ketaatan Adam
dan Hawa. Fisik benda yang dilarang tidaklah menjadi hal penting,
sebagimana tersirat dari cara Allah bercerita, yang tanpa menyinggung
langsung materinya. Yang lebih penting adalah bahwa Allah menguji
dengannya, apakah Adam dan Hawa termasuk orang-orang yang taat
kepadaNya.
Ketika Adam dan Hawa diperintahkan untuk tinggal di surga, Allah
memberikan fasilitas kenikmatan sesuai dengan kebutuhan dasar hidup
mereka. Yaitu makanan, minuman dan pasangan hidup. Sambil, Allah menguji
mereka apakah fasilitas kehidupan surga itu membuat mereka lupa atau
tidak. Allah hanya memberikan satu larangan saja, yang disimbolkan
sebagai ‘pohon’.
Pohon itu menyimpulkan dua hal sekaligus. Yaitu makanan dan aurat.
Karena itu perintah-Nya dikaitkan dengan kedua hal sekaligus. Awalnya,
Allah mengatakan Adam dan Hawa boleh memakan apa saja yang ada di dalam
surga, kecuali pohon itu. Allah memberikan gambaran tidak langsung bahwa
larangan itu berkaitan dengan makanan.
Dan pada cerita selanjutnya, dikatakan bahwa memakan sebagian pohon itu
bisa menyebabkan auratnya terbuka. Menyiratkan, bahwa pohon itu tidak
hanya mewakili larangan terhadap makanan, melainkan juga simbol hawa
nafsu yang tersimpan di dalam diri setiap manusia.
Allah menegaskan bahwa di surga itu Adam dan Hawa tak akan kekurangan
apa-apa selama masih berada di dalamnya mereka dijamin tidak akan
kekurangan makanan, minuman, atau pun pakaian. Mereka tidak akan
telanjang. Juga tidak kepanasan. Artinya dari segi fasilitas, semuanya
ada.
Maka, ketika Adam dan Hawa terbuka auratnya karena memakan pohon khuldi,
tentu saja itu bukan karena di dalam surga sudah tidak ada fasilitas
pakaian. Bukan. Tetapi lebih dikarenakan terjadi ‘transformasi
kesadaran’di dalam diri mereka tentang makna aurat.
Sebelum memakan pohon khuldi itu pemahaman mereka tentang aurat tidak
sama dengan sesudah memakannya. Karena itu kalimat yang bercerita
tentang aurat mereka itu bukan berbunyi “terbukalah” aurat mereka
malainkan “tampaklah” begi keduanya aurat-auratnya. Hal ini menujukkan
bahwa itu bukan proses fisik belaka, melainkan lebih bersifat
transformasi kesadaran akan makna aurat. Tadinya tidak tampak, sekarang
menjadi tampak. Adam menjadi ‘melihat’ aurat Hawa. Demikian pula
sebaliknya, Hawa menjadi bisa ‘melihat’ aurat Adam. Padahal, tadinya
mereka tidak melihatnya sebagai aurat.
Jadi, hal pertama yang perlu dipahami adalah bahwa keterbukanya aurat
Adam dan Hawa itu lebih kepada keterbukaan persepsi mereka atas sesuatu
yang memalukan, sesuatu yang seharusnya disembunyikan kepada lawan
jenisnya. Adam menjadi malu kepada Hawa, dan Hawa demikian pula
sebaliknya. Sehingga mereka menutupinya dengan daun-daun surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar